Minggu, 11 September 2011

AL FATTAHUL HUDA


AL-FATTAHUL HUDA
HIKMAH DIBALIK NAMA
Oleh : Shaff Ra Albana Dt Malako

RANAH NATA,sejak zaman Nabi Sulaiman AS
sudah dihuni oleh bangsa Arab,Bugis dan Batak.
 Kemudian datang H.Sham Poobo dari China,
sebab perahu/kapal mereka rusak dan membuka
penggergajian di Sing Kwang untuk
membuat kapal mereka.
Ini terjadi pada tahun 1400 dan kapal mereka
menjadi batu karang dan itulah Batu Ajuong,
sedang tanah baru tersebut sampai sekarang
tetap bernama Singkuang.
Selanjutnya pada tahun 1325-1345,
datang saudagar Arab Ibnu Bathuthah
dan disebabkan sedang berlangsungnya suatu
pelaksanaan hukuman dera terhadap
seseorang yang bersalah disebuah bukit kecil,
dimana Ibnu Bathuthah mendengar sebuah
“ Jeritan diatas bukit kecil “,maka ulayat tersebut
dinamakan RANAH NATA,
sedangkan bukit kecil itu dinamakan
 sampai sekarang Bukik Mandera dan
 bergeser nama Bukik Bandera.

RANAH NATA yang berarti “ Jeritan diatas
bukik kecil “ adalah merupakan ranah Islam,
sebab dari Ranah Nata lah penyebaran agama
 Islam ke Mandailing dan Dalu-dalu yang
 dirambakkan oleh Syekh H.Abdul Fattah
Sinantiku Radhiallahu ‘Anh (Shaff Ra 1),
Syekh H.Abdul Fattah Mardia Radhiallahu ‘Anh
(Shaff Ra 2) serta Syekh H.Abdul Malik Baleo Nata.

Syekh H.Abdul Fattah Sinantiku dan Syekh Alwi 
mendirikan sebuah Surau di Tambak 
untuk tempat mengadakan pengajian terutama pengajian
 Thariqat Naqshabandiah dan oleh sebab itu
 makanya Surau Tambak dinamakan
Masjid Al-Fattah.

Surau Tambak adalah masjid pertama berdiri
di Ranah Nata,kemudian Surau Kampung,
Pangka Ambacang,Surau Tangah,Surau Simpang Ampek,
Tangah Padang,Masjid Al-Amin,
Masjid Syekh Abdul Rauf, Al-Ikhlas ,
Nurul Iman dan Masjid Hj.Fathimah.

Selanjutnya penulis coba memberikan
“ Hikmah di balik nama “ Masjid se Ibukota
 Ranah Nata antara lain sbb.;

1.Masjid Al-Fattah adalah berasal dari
 Surau Tambak berdiri pada masa Syekh H.Abdul
Fattah Sinantiku Radhiallahu ‘Anh (Shaff Ra 1),
terletak di Tambak Desa Setia Karya sebagai pintu
 gerbang ke Ranah Mandailing dan pintu gerbang masuknya
dari pedalaman menuju ulayat
Pantai Barat Mandailing yang akan dinobatkan
menjadi Kabupaten yang entah kapan itu.
Masjid Al-Fattah adalah masjid pertama didapati
 setelah masjid Syekh Abdul Rauf yang didirikan oleh
Yayasan Pendidikan Islam Syekh Abdul Fattah (YAF) Nata,
dimana penulis adalah salah seorang pendirinya.
Al-Fattah yang berarti pembuka atau kunci
 merupakan pembuka kunci untuk memasuki
daerah pesisir pantai barat dari daerah Timur
 Ranah Nata ,semoga rahmat Allah tetap terbuka
 kepada masyarakatnya serta pemimpinnya,
 baik yang tergolong Alim Ulama (Tokoh Agama),
Niniek Mamak (Tokoh Adat) dan
Cerdik Pandai (Tokoh Negeri).
Tetapi kita menyayangkan status masjid ini
sekarang disebabkan salah arti dari nama
 Al-Fattah dimana secara kenyataan diartikan
“ dikunci “. Status Al-Fattah yang dulunya
 adalah terbuka,sekarang terkunci dan bila
ada musafir yang ingin shalat disitu hanya bisa
 diberanda masjid itu saja,sebab pintu terkunci.
Menurut informasi bahwa masjid itu terbuka ketika
menjelang pelaksanaan shalat Jum’at saja,
sehingga anak-anak Madrasah Tsanawiyah
NU Nata tidak dapat melaksanakan shalat
Zhuhur berjama’ah atau kegiatan kultum,
walaupun lokasinya berseberangan dengan
masjid sumber Ulama Nahdhatul Ulama itu.
Besar kemungkinan NU tidak berapa lama lagi
akan habis di ibukota Ranah Nata,s
ebab tempat pembenahannya sudah terkunci,
walaupun masjid ini bukan masjid NU.
Memang masjid Al-Fattah bukan didirikan oleh
Nahdhatul Ulama ,tetapi dari sinilah cikal bakal
 orang-orang terkemuka Nadhatul Ulama dan kalau
 kita perhatikan di ibukota Ranah Nata,
papan nama NU tidak kita dapati.

2.Masjid Al-Amin adalah masjid pembuka dari
arah Utara Pantai Barat Mandailing setelah
 masjid Mujahidin Desa Panggautan. Hikmah dari nama
masjid ini dimana orang-orang yang menuju
Pantai Barat yang terkenal dengan banyaknya
 obyek wisata kiranya dapat dipercaya orang-orang
 yang berkunjung kesana tidak mencorengkan
perbuatan yang tidak baik termasuk perbuatan maksiat,
walaupun pintu-pintu tempat pelaksanaan
maksiat itu tumbuh bak jamur dimusim hujan
 seperti cafe dan lainnya.
Masjid Al-Amin,dimana pembangunannya turut
berperan penulis disitu pada tahun 1982  sebagai
Sekretaris LKMD Kelurahan Pasar I Natal
dengan ketua alm.Syarwaini Rao itu.

 Diharapkan setiap orang yang masuk dari arah Utara
Ibukota Ranah Nata mendapatkan kepercayaan dari
masyarakatnya yang mayoritas Muslim itu.

3.Masjid Al-Ikhlas terdapat di Pasa Jirak Kelurahan
Pasar II Natal dipinggir sungai Batangnata dan
 demikian juga halnya Musajik Kampuong.
Al-Ikhlas yang berarti rela kiranya orang-orang
yang keluar dari Muara Batangnata harus rela
mengharungi Samudera Indonesia untuk
mencari nafkah keluarga.
Pada zaman dahulu,para nelayan yang
pergi melaut mayoritas lebih dahulu menegakkan
 shalat Shubuh baru ikhlas mengharungi lautan
Indonesia dan pulangnyapun mengejar
waktu Zhuhur agar bisa ditegakkan
setelah pulang dari melaut.
Tapi sekarang sudah jauh berobah situasi itu,
walaupun tidak shalat,rezki tetap diberi Allah SwT
melimpah ruah. Pada zaman dahulu,
hari Jum’at sangat dihormati sehingga hari itu
diliburkan untuk pergi melaut dan juga
 para petani untuk kesawah ladang.
Sekarang,sedang berkumandang suara
 panggilan adzan mereka mulai berangkat
 menuju laut.
Mereka tidak rela dan ikhlas melaksanakan
 kewajiban sebelum berangkat mencari yang ghaib
itu nan terkadang beli minyak saja tidak kembali.
Demikian juga halnya dengan orang-orang yang
masuk ke Ibukota Ranah Nata,harus ikhlas
 dan rela mengikuti adat istiadat bagaimana status
 orang-orang saudara manjadi dosanak (Sumando),
dimana tidak bisa menguasai atau mencampuri
 rumah tangga mertuanya, sebab dia berstatus
“ Abu di ateh tungguo “.
Sebelum dia menegakkan “ cancang tarah “
nya sendiri,dia tetap berstatus sumando.
Itu makanya pada zaman dahulu bahwa
 setelah memperoleh satu orang keturunan
 diharuskan mendirikan “ cancang tarah “
walaupun seadanya dan saat itu barulah
 dia berobah status sebagai kepala keluarga
 yang baru dalam ulayat itu.
Tapi sekarang sudah banyak orang sumando
yang ikut campur tangan mengurusi
 harta pusaka mertuanya.

4.Masjid Al-Huda dan Masjid Taqwa adalah
merupakan suatu kesimpulan jika menjadi
masyarakat adat Ranah Nata yaitu mendapat
 petunjuk dan menjadi orang yang muttaqin.
Masjid Al-Huda yang dulunya bernama
Masjid Pangka Jati atau Musajik Baru yang
 didirikan pada tahun 1952 dengan kepanitiaan
Syaifuddin Ugok Batubara sebagai Ketua dengan
 anggota Datuk Azhar Ampanglimo,
Basran Bosuong,Datuk Amir Husien,Akna dll.
Sebagaimana halnya masjid Al-Fattah sebagai
sarang orang-orang Nahdhatul Ulama karena
 diurusi oleh orang-orang NU,maka masjid Al-Huda
diurusi oleh orang-orang Muhammadiyah,
tapi bukan masjid Muhammadiyah dan bukan
 dirikan oleh Muhammadiyah.
Hanya pelaksanaan amaliyah disini
 mirip dengan pengamalan Muhammadiyah.
Demikian juga masjid Taqwa yang dulunya
bernama Surau Pangka Ambacang yang
didirikan oleh Tuan Syekh Bakudo Putieh,
tetapi setelah diwaqafkan oleh keluarga
almarhum Buya H.Ahmad Yusuf Hasan
 bin H.Hasan Basri Abdul Hamid,
bertukar nama menjadi
 Masjid Taqwa Muhammadiyah
Cabang Ranah Nata dibawah kepengurusan
 Muhammadiyah Cabang Ranah Nata.
Pernah seorang ulama mendatangi Pimpinan
Cabang Muhammadiyah menyatakan agar
Masjid Taqwa dikembalikan keasalnya
yaitu Surau Pangka Ambacang,tetapi
ulama tersebut salah alamat karena
seharusnya yang dihubunginya adalah
zuriat alm.H.Hasan Bashri bin Abdul Hamid
yang mewaqafkan Suaru Pangka Ambacang
ke Pimpinan Cabang Muhammadiyah Ranah Nata.
Sedangkan masjid Tangah Padang,
Masjid Nurul Iman dan Masjid Hj.Fathimah
adalah  pelengkap dari
 Masjid Al-Huda dan Masjid Taqwa yang
dikelilingi oleh Masjid Al-Fattah,Masjid Lama,
Masjid Al-Ikhlas dan Masjid Al-Amin.
Semoga masyarakat ibukota Ranah Nata
 terbuka (Al-Fattah)kehidupannya dengan memperoleh
kepercayaan (Al-Amin) secara rela (Al-Ikhlas)
untuk mencari petunjuk (Al-Huda)dan mencapat
muttaqin (Taqwa), kiranya cahaya keimanan (Nurul Iman)
tampak di gelanggang (Tangah Padang)
secara berkesinambungan (Lama).
Itulah secara singkat hikmah dibalik nama dari
masjid-masjid yang berada di Ibukota Ranah Nata,
semoga ada manfaatnya bagi kita semua
 dan tertompang do’a dari penulis kiranya
nama-nama tersebut terpatri dalam
kehidupan masyarakat selaku
Rakyat Benah Nasib & Tahta (Ranah Nata 1)
dengan modal Ramah,Amanah, Bina dan Taqwa
 (Ranah Nata 2) menuju
Baldatun Thayyibatun wa Rabbul Ghafur.
Aamien Yaa Rabbal ‘alamien.

1 komentar: