Jumat, 09 September 2011

SUAMI


S U A M I
SAKINAH  USWAH AMANAH MAWADDAH & IFFAH
Oleh : Shaff Ra Alisyahbana Dt Malako

Bila  sepasang  manusia  telah diikat  dengan Ijab Qabul, 
maka statusnya  sebagai  Bujang telah  berobah   
menjadi  suami  dan  hidup bersama  dengan 
 seorang  Gadis  yang  berubah status  menjadi  isteri.
Hunna libaasun lakum wa antum libaasun lahunna 
sebagaimana bunyi ayat Al-Qur’an surah Al-Baqarah 
ayat 187 ini yang  artinya : Perempuan (ibarat) 
pakaian buat kamu 
dan kamu(ibarat) pakaian buat mereka.

Bila Ijab sudah jatuh dari calon mertuamu dan 
disambut oleh Qabul yang kau ucapkan, maka status 
perhubungan perzinahan menjadi halal dengan jasa 
“ Satu Kalimat “ bila sepasang insan hidup bersama.

Khusus untuk para suami di Ranah Nata, 
sebagai mana dikala 
menjadi seorang Raja Sehari (Marapulei) 
dipakaikan pakaian mahkota kebesaran yaitu ;
1.Ikek yang dilingkarkan dikepala berarti ikatan   
hubungan dan tanggungjawab  dimana kita
sudah terikat dengan seorang yang menjadi
isteri yang terutama apa yang ada dalam 
kelompok kepala seperti otak dan fikiran,penglihatan,
pendengaran,penciuman,
perkataan dan nafkah terikat kepada kita 
selaku kepala keluarga.
2.Cabang yang dipakaikan ke kepalamu 
yang terdiri dari tiga bagian,mengisyaratkan 
agar kita patuh kepada hukum Agama, 
dan Negara serta menghormati tiga pemimpin 
yaitu Alim Ulama (Tokoh Agama), 
Ninik Mamak (Tokoh Adat) 
dan Cerdik Pandai (Tokoh Nagari).

Beberapa sifat diantara banyak sifat yang 
harus dimiliki  oleh seorang suami 
sesuai dengan statusnya adalah sebagai berikut :

1.  Sakinah yaitu sifat sebagaimana sakin (pisau)
dengan sifatnya yang tajam dan majal.
Tajamlah terhadap kehidupan bekeluarga
selaku suami isteri dan majallah  akan   
riak  gelombang  dan badai  fitnah yang
melanda rumah tangga, agar rumah tangga
selamat diterpa tiupan sangkakala percobaan
dan ujuan yang diberikan  Allah serta manusia sesama.
Suami harus tajam mengatur masukan uang dan
perbelanjaan keluarga selaku kepala dan haruslah 
selalu menyetor ke bendahara selaku pemegang 
buku kas dengan catatan debet
dan kredit agar keuangan bisa 
tertutupi dari kekurangan.

2.  Uswah  yaitu sifat sebagai contoh dalam keluarga. 
Kenapa kau marahi anak-anakmu tidak patuh 
dan thaat baik kepadamu dan kepada Allah 
terutama, sementara kau tidak memberikan contoh 
perbuatan thaat kepada Allah SwT. 
Kenapa kau pukuli anak-anakmu karena tidak
shalat dan puasa sementara kau tidak pernah 
terlihat olehnya menegakkan shalat dan berpuasa ?? 
Ketika ada seorang penceramah mengatakan atau 
membincang kenakalan remaja, kau turut berciloteh 
dan memberikan tepukan aplusan bahwa 
anakmu termasuk salah seorang didalamnya,
sementara kau tidak sadar bahwa kau 
adalah termasuk dalam kelompok kenakalan 
orang tua, sementara yang berceramah termasuk 
pula dalam kelompok kenakalan penceramah, 
sebab hanya pandai berkata dengan sebutan
“ Saya hanya menyampaikan atau mengatakannya saja “
yang berarti dia sendiri tidak berbuat dan mengingkari
fiman Allah dalam surah Ash-Shaf ayat 4 yang berbunyi
Kabura maktan ‘indallaha antaquulu malaa taf’alun 
yang artinya sangat besar dosanya disisi Allah
apabila kamu berkata tapi tidak kamu perbuat.
Selaku seorang pemimpin dalam keluarga,
berikanlah contoh dan suri teladan kepada
keluargamu, agar kau diidolakan 
oleh anak isterimu terutama.

3.  Amanah yaitu sifat kepercayaan. 
Peliharalah kepercayaan yang diberikan 
Allah kepadamu selaku pemimpinan dalam 
keluargamu sebab ajaran mengatakan
Quu anfusakum wa ahlikum Naara,
jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.
Jangan kau abaikan kepercayaan isterimu 
kepadamu sebagai kepala rumah tangga, 
sang idola dan kekasihnya yang sama-sama 
merajut kasih,merenda sayang dan menjalin cinta 
yang telah membuahkan beberapa anak-anak 
yang akan meneruskan keturunanmu. 
Betapa besarnya ombak gelombang dan 
badai topan yang menerpa bahtera rumah 
tanggamu, kalian layarkan bersama,
dimana kau sebagai juru mudinya, 
sedangkan isterimu kau jadikan juru batunya
sebagai orang terdekat dari sauh/jangkar 
keberhasilan sebuah rumah tangga 
yang dicita-citakan yaitu hidup 
Sakinah, Rahmah dan Mawaddah.

4.  Mawaddah yaitu sifat cinta mencintai.
Waja’ala bainakum mawaddatan wa rahmatan
yang artinya  Dan dia Allah akan 
menjadikan diantara kamu rasa cinta dan kasih 
sayang ( Alfir Ar-Rum 21 ).
Jangan kau tempatkan orang lain di hati 
sanubarimu sebagai cinta sejatimu,
sebab isterimu adalah pembuka pertama pintu
cintamu dalam bekeluarga. 
Dalam bekeluarga harus cintai mencintai 
dengan perabotan kasih dan sayang, 
agar istana rumah tanggamu indah sebab 
“ Al Baity Jannaty “ yaitu Rumah 
Tanggaku adalah Syorgaku.
Jangan kau bagi cintamu dengan perempuan
lain dan bila ada yang tidak berkenan dihatimu,
sampaikan dari hati kehati dengan 
Sakinah,Rahmah dan Mawaddah.
Jika isterimu itu perempuan yang baik,
dia akan rela merobah yang tidak baik 
kepada yang baik. Jangan biasakan bertengkar
dihadapan anak-anakmu, karena itu bukanlah 
suatu contoh yang baik. Jangan kau lontarkan
perkataan yang bukan mencintai dengan
sebutan yang kotor dan tidak baik, anak anjing,
anak babi,anak durhaka, sipekak dan lainnya 
sebab itu merupakan do’a. Dari sisi lain, 
bila kau katakan anakmu anak anjing, 
berarti yang pertama sekali menjadi 
anjing adalah dirimu sendiri.

5.Idola yaitu sifat menjadi panutan dalam 
keluarga sebagai  Bapak. Tunjukkah keidolaan
kepada keluarga sebagai suami yang thaat, 
berikan contoh kepada anak agar dia idolakan 
orangtuanya seperti thaat beribadah. 
Jangan kau semburatkan perkataan kotor 
didepan anak-anakmu atau bertengkar dengan 
isterimu didepan anak-anak serta perbuatan
yang tidak baik, agar keidolaanmu terpatri 
dihati sanubari isteri, keluarga dan anak-anakmu.
Jangan kau ucapkan kata-kata sumbang
kepada isteri dan mertuamu, karena itu secara 
halus adalah permintaanmu agar kau berpisah
dengan isterimu dan anak-anak  serta  
 keluarga  mertuamu. Melontarkan  kata-kata
sumbang seperti menyekutukan isterimu   
dengan bapak  mertuamu  atau  adalah kalimat 
terkutuk yang dimurkai Allah. 
Jangan kau pisahkan kasih sayang antara
isterimu  dengan  orangtuanya yang telah
menjadi mertuamu , sebab perhubungan 
kasih sayang denganmu adalah  
 sebatas “ Satu Kalimat “,sedangkan kasih sayang
terhadap  orangtaunya adalah sepanjang jalan.
Jangan putuskan silaturrahmi antar anak 
dengan orang tua,sebab memutuskan silaturrahmi 
adalah termasuk dosa besar yang dilaknat Allah.
Ingat itu...!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar