Minggu, 28 Agustus 2011

HARI RAYA


 Surau Tambak > Didirikan oleh Syekh Alwi bersama Syekh H.Abdul Fattah Sinantiku dengan mengadakan Pengajian Thariqat Naqshabandiah.
Sekarang bernama Masjid Al-Fattah , Tambak Nata.
QURDIST “ HARI RAYA “
Oleh : Shaff Ra Alisyahbana Dt Malako

Alhamdulillah, kembali kita bertemu dalam blog Qurdist Alfir Nata
 dengan judul posting Hari Raya Idul Fithry.
Berdasarkan Al-Qur”an dan Hadist, ada beberapa hal yang penting
dalam berhari raya perlu kita perhatikan, sebagaimana dapat
 kita baca dalam buku Tanya Jawab Agama
Tim PP Muhammadiyah  Majlis Tarjih,
terbitan Penerbit Suara Muhammadiyah antara lain ;

1.       Alfir surah Al- Baqarah ayat 185 berbunyi :
Walitukmilul ‘iddata wa li tukabbirullaha ‘alaa
maa hadaakum wala’allakum tasykurun.
Dan supaya kamu menyempurnakan bilangannya dan
supaya kamu agungkan kebesaran Allah atas petunjuk
yang telah Dia berikan padamu dan supaya kamu bersyukur.

2.       Nata riwayat Abi Sa’id Khudry tentang shalat Ied berbunyi ;
Kaana Rasulullahi Shal’am Yakhruju yaumal fithri wal
adhha a ilaal mushallie.
Rasulullah SAW keluar rumah pada Hari Raya Iedul Fithri
dan Iedul Adhha ke mushalla (lapangan).

3.       Nata riwayat Al-Bukhary dari Ummi ‘Athiyah
tentang para remaja yang berbunyi :
Amarana Rasulullahi Shal’am An yukhrija fiel fithri
wal adhhal ‘awaatiqa walhaidha wazdawatil
kguzduuri fa ammaal haidha faya’tazilannash
shalata wayasyhadnal khaira wada’watal muslimien.
Rasulullah memerintahkan kami mengeluarkan gadis yang
 menanjak dewasa,wanita-wanita yang haidh dan gadis-
gadis yang dipingit pada Hari Raya Iedul Fithri dan Iedul Adhha.
Wanita yang sedang haidh dipisahkan dari shalat untuk
menyaksikan kebajikan dan seruan kaum Muslimin.

4.       Nata riwayat Abu Dawud,Ibnu Majah dan Hakim tentang
hujan yang berbuyi :
Innahum ashabahumul matharu fie yaimil ‘iedin fashalla
bihimun nabiyyu shal’am Shalatal ‘iedi fiel masjidi.
Pada Hari Raya ‘Ied mereka ditimpa hujan.
Maka Nabi bersama mereka shalat di masjid.

5.       Nata riwayat Muslim dari Abi Ayyub tentang
puasa 6 yang berbuni :
Man shaama Ramadhana tsummat taba’ahu sittan
 min syawwalin fadzalika shiyamud dahri.
Siapa yang puasa Ramadhan kemudian di ikuti puasa
enam hari pada bulan Syawwal, maka itulah puasa
 sepanjang masa (seolah-olah puasa satu tahun).

6.       Nata riwayat Ibnu Umar tentang Takbir yang berbunyi :
Haditsubni ‘Umara qalaa Rasulullah Shal’am,
 Maa min ayyamin ‘azhamu walaa ahabbu ilaihil
‘amala fihinna min hadzihil ‘asyri fa aktsiru
 fihinna minat takbiri wat tahmidi  wattahlili.
Hadist Ibnu ‘Umar mengatakan : Rasulullah pernah bertitah ;
 Tiada hari yang lebih besar bagi Allah dan tiada pekerjaan
 pada hari-hari itu yang lebih disukai Allah daripada
 hari-hari sepuluh itu. Oleh karenanya selama itu
hendaklah kamu perbanyak membaca Laa ilaha illallah,
 dan Allahu Akbar serta Alhamdulillah.

7.       Nata riwayat Muslim dari Ibnu ‘Umar tentang
Shalat ‘Ied yang berbunyi : Innabna ‘Umara Qaala :
 Kaana Rasulullahi Shal’am Idza qamaa lish Shalati
rafa’a yadaihi hatta takuuna hadz wa mankibaihi
tsumman kabbara faidza  arada an yarka’a fa’ala
mitsla dzalika wa idza rafa’a minar ruku’i fa’ala
mitslu dzalika walaa yaf’alahu hiina yarfa’u
ra’sahu minassujuudi.
Bahwa Ibnu ‘Umar berkata : Keadaan Rasulullah SAW
apabila telah tegak berdiri melakukan shalat,
 mengangkat kedua tangannya  selurus kedua bahunya
kemudian beliau bertakbir dan apabila beliau lakukan
seperti itu dan apabila bangkit dari ruku’ beliau lakukan
 demikian dan tidak melakukannya ketika bangun
mengangkat kepala dari sujud.

8.       Nata riwayat Abi Hurairah dari Abu Dawud dan
Ibnu Majah tentang hari Jum’at yang berbunyi :
‘An Abi Hurairata radhiyallahi ‘anhu ‘an Rasulullahi
Shal’am annahu qaala : Qadijtama’a fie yaumikum
 hadza ‘iedaani faman syaa’a ajzahu minal
jum’ati wa inna yujami’uuna.
Dari sahabat Abu Hurairah RA dari Rasulullahi Shal’am
 bahwa Nabi bertitah :
Telah berkumpul pada harimu ini dua ‘Ied,maka
 barangsiapa yang menghendaki (tidak melakukan
 shalat Jum’at) telah mencukupi (Shalat ‘Ied itu)
dari pada kewajiban shalat Jum’at,
dan kami melakukan shalat Jum’at.

9.       Nata riwayat Bukhary Muslim dari Ummu ‘Athiyah
tentang lapangan yang berbunyi :
‘An Ummi ‘Athiyata qaalat : Umirna an nukhrijal
‘awatiqa wal hayyadha fil ‘idaini yasyhadnal khaira
 wa dakwatal muslimina waya’tazilul  huyyadhul mushallaa.
Dari Ummu ‘Athiyah,ia mengatakan : Kami diperintahkan
untuk membawa keluar para gadis dan wanita yang sedang
 haidh dalam shalat ‘iedain, untuk melihat kebaikan
dan menyaksikan dakwah kaum Muslimin dan
 para wanita yang haidh agar menjauhi tempat shalat.

10.   Nata riwayat Abu dawud dan Ibnu Majah dari
Abu Hurarirah RA tentang masjid yang berbunyi :
‘An Abi Hurairata RA qaala : Innahumush shahabatu
ashabahumu matharun fie yaimil ‘iedin fashallaa
 bihimun Nabiyyu shal’am shalatal ‘aidi fil masajidin.
Dari Abu Hurairah  RA,ia berkata :
Sesungguhya mereka (para shahabat) pada
 suatu Hari Raya di guyur hujan, maka Nabi shalat
 bersama mereka di dalam masjid.

RUMAH & PERABOT


 Masjid Pangka Jati > berdiri tahun 1952 dengan kepanitiaan Syaifuddin Ugok Batubara, Dt.Azhar Ampang Limo,Basran Bosuong dll.
Kini bernama Masjid Raya Al-Huda Nata.
QURDIST “ RUMAH & PERABOT “
Oleh : Shaff Ra Alisyahbana Dt Malako

Alhamdulillah, kembali kita bertemu dalam blog Qurdist Alfir Nata
 dengan judul posting Rumah & Perabot.
Berdasarkan Al-Qur”an dan Hadist, ada beberapa hal yang penting dalam 
rumah kita yang perlu kita perhatikan, sebagaimana dapat kita baca
dalam buku Halal wal Haram fil Islam oleh Syekh Muhammad 
Yusuf Qardhawy,alih bahasa H.Mu’ammal Hamidy, antara lain ;

1.       Alfir dalam surat An-Nahl ayat 80 tentang rumah yang berbunyi ; 
Wallahu ja’ala lakum min buyutikum sakanan.
Allah menjadikan untuk kamu rumah-rumah
 kamu sebagai tempat ketenanga.

2.       Nata riwayat Ibnu Hibban tentang 4 pembawa
kebahagiaan yang berbunyi :
Arba’un minas sa’aadati ; Al-Mar’atush Shalihah,walmaskanul waasi’u,
waljaajush shalihu wal markabul hannie.
Empat hal yang membawa kebahagiaan ;
yaitu perempuan shalehah,rumah yang luas,
tetangga yang baik dan kenderaan yang enak.

3.       Nata riwayat Tarmidzy tentang kebersihan yang berbunyi ;
Inallaha thayyibun yuhibbuth thayyib,nazhifun yuhibbun nazhaafata,
karimun yuhibbulkarama,jawaadun yuhibbuljuuda,
fanazhzhifuu afniyatakum wa laa tasyabbahuu bil yahuudi.
Sesungguhnya Allah itu baik,Dia suka kepada yang baik.
Dia juga bersih,suka kepada yang bersih. Dia juga mulia,
suka kepada yang mulia. Dia juga dermawan,
sangat suka kepada yang dermawan. Oleh karena itu,
bersihkanlah halaman rumahmu
,jangan kamu menyerupai orang-orang Yahudi.

4.       Alfir surah Al-‘Araf ayat 32 tentang perhiasan berbunyi :
Qul man harrama zinatallahi llatie akhraja li’ibaadihi.
Siapakah yang berani mengharamkan perhiasan Allah
Yang telah Ia keluarkan untuk hamba-hambanya ?

5.       Nata riwayat Muslim tentang sandal berbunyi ;
Laa yadkhulul jannata man kaana fie qalbihi
mitsqaalu dzarratin min kibrin,faqaala rajulun :
 Innnar rajula yuhibbu an yakuuna tsaubuhu
 hasanaan wana’luhu hasanaan ? faqaala :
Innallaha jamiilun yuhibbul jamaala.
Tidak akan masuk sorga orang yang dalam hatinya
ada seberat zarrah daripada kesombongan.
 Kemudian ada seorang laki-laki yang bertanya :
Ya Rasulullah..! Seseorang itu biasa senang kalau
Pakaiannya itu baik dan sandalnyapun baik pula,
apakah itu termasuk sombong ?
Jawab Nabi : Sesungguhnya Allah itu baik,
Ia suka kepada yang baik.

6.       Nata riwayat Bukhary dari Hudzaifah
tentang tempat minum yang berbunyi :
Naha Rasulullahi Shal’am an mnasyrabu fie niyatidz dzahabi wal
fidhdhati,wa an ya’kulu fihaa, wa ‘an lubsil harir
waddibaaji wa an najlisa alaihi faqaala lahum fiddun ya lanaa fil akhira.
Rasdulullah Shal’am minum dengan bejana emas dan perak,
atau kita makan dengannya,dan melarang memakai
pakaian sutera tipis dan sutera tebal serta duduk diatasnya.
Kamudian Nabi bersabda pula : Kain ini untuk mereka orang-
orang kafir di dunia,dan untuk kamu nanti di akhirat.

7.       Nata riwayat Bukhary dan Muslim tentang patung yang berbunyi :
  Innal malaaikata laa tadkhulu baitan fihi tamaatsiilu.
Sesungguhnya Malaikat tidak akan masuk suatu
 rumah yang didalamnya ada patung.

8.       Nata riwayat Bukhary dari ‘Aisyah tentang gambar yang berbunyi : 
Amitihi ‘annie fa innahu laa  tazaalu tashaawiruhu
ta’ridhu lie fie shalaati.
Singkirkanlah korden itu dariku, karena gambar-
gambarnya selalu tampak dalam shalatku.

9.       Nata riwayat Jama’ah tentang memelihara anjing yang berbunyi :
Manittakhadza kalban illa kalba shaidin wa zar’in aw maa
syiyatin,intaqasha min akhrihi kulla yaumal qiratun.
Barang siapa memelihara anjing,selain anjing pemburu atau
Penjaga tanaman dan binatang,maka pahalanya
Akan berkurang setiap hari satu qirat.

Itulah 9 Qurdist yang dapat penulis kutipkan yang berbicara masalah
rumah dan perabotnya,semoga ada manfaatnya bagi kita.

Jumpa lagi di lain posting !!!

Sabtu, 27 Agustus 2011

MUHAMMAD SAW


 QURDIST
“  MUHAMMAD SAW “
Oleh : Shaff Ra Alisyahbana Dt Malako

Alhamdulillah, kembali kita bertemu dalam blog Qurdist Alfir Nata
dengan judul posting MUHAMMAD SAW.
Berdasarkan Al-Qur”an dan Hadist, ada beberapa hal yang penting
dalam PENGHORMATAN kita yang perlu di perhatikan,
sebagaimana dapat kita baca dalam buku
Halal wal Haram fil Islam oleh Syekh Muhammad
Yusuf Qardhawy,alih bahasa H.Mu’ammal Hamidy,
antara lain ;

1.       Nata riwayat Bungkahry tentang penghormatan kepada
Nabi Muhammad SAW yang berbunyi :
Laa tuthruunie kamaa athratin Nashara “Isyaa ibn Maryama
wa laakin quuluu : Abdullahi wa rasulahu.
Jangan kamu menghormat aku seperti orang-
orang  Nashrani menghormati Isa bnu Maryam,
tetapi katakanlah, bahwa Muhammad itu
Hamba Allah dan Rasul Nya.

2.       Nata riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah tentang hal
yang sama seperti diatas yang berbunyi ;
Laa taquumuu muukamaa taquumul a’ajimu
ba’dhuha ba’dhaan.
Jangan kamu berdiri seperti orang-orang ‘Ajam
(selain orang Arab) yang berdiri untuk
Menghormat satu sama lain.

3.       Nata diriwayatkan Abu Dawud tentang kubur yang berbunyi :
Laa taj’aluu qabrie ‘iedan
Jangan kamu menjadikan kuburku ini
sebagai tempat hari raya.

4.       Nata riwayat Nasa’i tentang sebutan
yang berbunyi sbb :
 Ya ayyuhannaasu quuluu biqaulikum aw ba’di qaulikum
wa laa yastahwiyannakumusy
Syaithanu ana Muhammadun Abdullahi wa Rasuluhu,
maa uhibbu an tarfa’unie fawqa manzilatieyallatie 
anzalani yallahu ‘azza wa jalla,
Hai manusia ! Ucapkan seperti ucapanmu biasa itu,
jangan kamu dapat diperdayakan oleh syaithan.
SAYA ADALAH MUHAMMAD,
HAMBA ALLAH DAN PESURUH ALLAH.
Saya tidak suka kamu mengangkat aku lebih
dari kedudukanku yang telah Allah tempatkan aku.

CATATAN :
NABI MUHAMMAD SAW SAJA TELAH MENYATAKAN 
DEMIKIAN TENTANG PENGHORMATAN
KEPADA DIRINYA SENDIRI,
KENAPA KITA MENDEWAKAN KELUARGANYA
SEHINGGA AL-FATIHAH
DIKATAKAN ALI, FATHIMAH DAN HASAN HUSIEN ?
APAKAH FATIHAH ITU ARTINYA BUKAN PEMBUKAAN 
KARENA SURAH PEMBUKAAN DI DALAM
]KITAB SUCI AL-QUR”AN ADALAH SURAT INI ??

NAUDZU BILLAHI MIN DZALIK !!!

Rabu, 17 Agustus 2011

TBC

 B I D ’ A H
BAHAYA  IBADAH DENGAN ‘AMAL HARAPAN
Oleh Shaff Ra Alisyahbana Dt Malako

Catatan : Dipetik dari buku Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Bid’ah Khurafat
  oleh H.Djarnawi Hadikusuma, diterbitkan oleh
PP Muhammadiyah Yogyakarta tahun 1417/1996.

Bid’ah adalah suatu ibadah yang tidak berdasarkan Sunnah dan
 merupakan lawan dari Sunnah yang bersifat harapan
atau yang diada-adakan tanpa dalil,
baik dalil Al-Qur"an ( ALFIR) maupun Al-Hadist (NATA) Rasulullah SAW

Biasanya, Bid’ah itu bersumber dari para Ulama dimana merupakan
suatu kepentingan untuk pribadinya sendiri agar para muridnya
 bisa taqlid kepadanya dalam arti
kata membodoh-bodohi orang yang bodoh.

Bid’ah timbul dalam urusan ‘ibadah, sedangkan dalam urusan tauhid
disebut khurafat dan takhyul , oleh sebab itu ketiganya disebut
 penyakit TBC (Takhyul Bid’ah Khurafat).
Disebabkan pergantian zaman, makanya terjadi hal
 tersebut sebagaimana Nata berbunyi :

Khairunnaasi qarnie tsummalladzina yalunahum stumma
yufsyul kadziba fala ta’tamidu aqwalahum wa af’aalahum

Sebaik-baik  ummat ialah zamanku (Zaman Nabi  dan pasa sahabat)
,lalu zaman mereka yang datang sesudahnya (Zaman Tabi’in) ,
lalu zaman mereka yang sudah itu (zaman Tabi’i Tabi’in).
Maka sesudah itu datanglah zaman orang-orang yang suka
memperkembangkan kebohongan,
Maka janganlah kamu percayaai perkataan dan pekerjaan mereka.

Adapun arti bid’ah menurut bahasa ialah sesuatu yang diciptakan baru tanpa
 contoh terdahulunya. Sedangkan menurut Syara’ diterangkan
 oleh Imam Syatibi dalam kitabnya yaitu :

Thariqatun fid dieni mukhtara’atun tudhahys syari’ata yuqshadu bis
 suluki ‘alaihal mubalaghatu fyt ta ‘abbudillaha subhanahu wa ta’ala.

Suatu cara yang diadakan orang dalam agama yang menyerupai perintah Agama,
 yang dikerjakan dengan maksud berlebih-lebihan dalam beribadah kepada AllahI

Yuqshadu bis suluki ‘alaiha maa yuqshadu bith thariqatilsy syari’ati
.... yang dikerjakan dengan maksud yang sama seperti maksud
 ibadah-ibadah lainnya dalam agama.

Wadh’ul hududi kanna dziri lish shiyami  qaaiman laa
 yaq’udu dhahiyan laa yastadhillu.
Membuat batas-batas,seperti orang yang bernazar puasa
 dengan berdiri tidak boleh duduk,
 berjemur dipanasan yang berteduh.

Iltizamul kayfiyati wal hai ati wal muhay atil mu’ayyanati kadz
 dzikril ijtima’i ‘ala shauti wahidin.
Menetapkan cara-cara dan gerak-gerak tertentu seperti
 dzikir dengan bentuk  berkumpul bersama-
sama dengan suara yang serentak pula.
( Kitan  Al-I’tishom , Imam Syatibi ).

PEMBAGIAN BID’AH

A. BID’AH ‘AAM (UMUM)

Bid’ah terbagi atas dua yaitu Bid’ah “Aam dan Bid’ah Khash .
Bid’ah “‘Aam atau Umum ialah bid’ah yang tidak
disandarkan hukumya kepada hukum-hukum fiqih
 yang lima yaitu wajib,haram,sunat,mudah dan makruh.
Sedangkan bid’ah khash (khusus) ialah bid’ah yang
 disandarkan kepada hukum fiqih yang lima tersebut.

Bid’ah ‘Aam terdiri dari beberapa macam yaitu ;

1. FI’LIYAH DAN TARKIYAH

a. Fi’liyah yang terjadinya karena melakukan pekerjaan agama atau
bersifat keagamaan yang tidak ada dasarnya dalam
 Sunnah Rasul seperti Ushalli sebelum Takbiratul Ihram,
 Talqin, Tahlil,puasa dan shalat Nisfu Sya’ban dan sebagainya.

b. Tarkiyah yaitu seperti puasa tidak sahur,tidak
kawin seumur hidup,tidak memakan daging dll.

2.  AMALIYAH DAN I’TIQADIYAH

a. Amaliyah  yang dilakukan dengan anggota badan
seperti shalat bid’ah,puasa bid’ah dsb.

b.I’tiqadiyah yang kepercayaan bahwa Tuhan berbentuk
,Nabi Muhammad turun ketika dibawa Maulid Nabi,Ulama
 dapat memberi  Syafa’at di hari kiamat,siapa yang
 ditalqin masuk syurga dan
 lain-lain kepercayaan yang tidak diajarkan oleh
Alfir (Al-Kitab) dan Nata (Al-Hadist).

3.  ZAMANIYAH ,MAKANIAH DAN HALIYAH

a. Zamaniyah  yaitu peringatan Maulid Nabi dan Isra’ Miiraj
dengan upacara keagamaan dll.

b.Makaniyah  yaitu seperti talqin di kuburan,tahlil
 ditempat kematian,ziarah kemakam yang dianggap
 keramat,membaca al-Qur’an di kuburan dll.

c.Haliyah  yaitu seperti perjamuan menurut adat yang disertai
kepercayaan yaitu  memberi santapan kepada
 arwah Nabi,makan bersama di kuburan sesudah ziarah kubur dll.

4. KULIYYAH DAN JUZ’IYAH

a.Kuliyyah yaitu bid’ah secara keseluruhan seperti menyerahkan
hukum Agama dan penentuan baik dan buruk kepada
 pertimbangan akal semata-mata,ingkar kepada kenabian
 para Nabi dan ingkar dengan kebenaran perkataan (Nata) Rasulullah dll.

b.Juz’iyah yaitu bid’ah sebagian seperti menganggap baik berdiri
shalat atas sebelah kaki dll.

5. ‘IBADIYAH DAN ‘ADIYAH

a. ‘Ibadiyah yaitu yaitu segala bid’ah yang dilakukan dengan maksud
mendapat pahala atau mendekatkan diri kepada Allah I

b. ‘Adiyah yaitu bid’ah yang dilakukan dengan tidak ada maksud
mencari pahala atau Mendekatkan diri kepada AllahI.
Bid’ah ini mengenai urusan mu’amalah dan adat pergaulan
yang di anggap penting atau syarat,meskipun tidak ditetapkan oleh Agama .

6.HAQIQIYAH DAN IDLAFIYAH

a.Haqiqiyah ialah bid’ah yang sama sekali tidak ada dalilnya bahkan tidak ada asalnya
sedikitpun dalam Agama seperti bertawaf tidak mengelilingi Ka’ba
,shalat Maghrib 5 raka’at,berpuasa malam hari dll.

b. ‘Idlafiyah yaitu sangat penting diketahui karena inilah yang umumnya
dilakukan orang tanpa kesadaran bahwa ini bid’ah.
Kalau kurang hati-hati orang mudah terjatuh dalam
bid’ah ini. Sebagai contoh adalah sebagai berikut ;

1.                  Shalat itu perintah Allah, hukumnya wajib atau sunnat shalat mubah
tidak ada. Dipandang ujud amalnya shalat itu perintah Allah
dan Rasul,tetapi jika dikerjakan pada waktu dan dengan cara yang
 tidak dituntunkan oleh Allah dan Sunnah Rasul,maka shalat
semacam itu bid’ah umpamanya shalat Shubuh memakai do’a Qunut
 seraya mengangkat kedua tangan dan membaca Amin bersama-sama,
shalat Nishfu Sya’ban dan sebagainya.

2. “Ibadah Shiyam atau puasa dipandang dari ujud amalnya adalah
perintah Agama, wajib atau sunnat dan tidak ada puasa mubah.
Tetapi, jika dikerjakan pada waktu yang tidak dituntunkan
Rasulullah, maka puasa semacam itu bid’ah ,umpamanya
 puasa setiap hari Jum’at atau setiap hari Senin Kliwon
,puasa sehari semalam dll.

3. Kita disunnatkan membaca Laa Ilaha illallah untuk lebih ingatdan
mendekatkan diri kepada AllahI. Tetapi kalau membacanya dengan
 upacara tertentu yang Rasulullah tidak tuntunkan dan tidak pula
 lakukan maka pembacaan semacam itu menjadi bid’ah
, yaitu membaca “ Laa Ilaha illallah “
 serentak bersama-sama dalam Tahlil.

4. Adzan sebelum shalat fardhu pada permulaan masuk waktunya
adalah perintah Rasulullah,tetapi adzan sebelum shalat “Ied
 menjadi bid’ah karena Rasulullah tidak lakukan itu.
Demikian pula halnya adzan dua kali untuk shalat
 Jum’at,adzan sebelum mayat di kubur dan sebagainya.

B. BID’AH KHAS ( KHUSUS ).

Kalau kita membicarakan bid’ah khas kita tidak dapat melupakan seorang
 ulama besar golongan Syafi’iyah yang bernama Imam ‘Izzuddin bin ‘Abdus
 Salam yang memberikan tarif definisi lain tentang apa yang
 dikatakan bid’ah yaitu yang tersebut dalam
 kitabnya “ Qawa’idul Ahkum “ sebagai berikut :

Albid’atu fi’lu maalam yu’had fie ‘ashri Rasulullah r
wahiya munqasimatun ilaa bid’atin wajibatin wa bid’atin
 muharramatin wa bid’atin manduubatin wa
 bid’atin makruhatin wa bid’atin mubaahatin.

Bid’ah itu ialah melakukan apa yang belum pernah dilakukan
 pada masa Rasulullahr Dan itu terbagi dalam bid’ah yang wajib
,bid’ah yang haram, bid’ah yang sunnat, bid’ah
 yang makruh dan bid’ah yang mubah.

Pendapat Imam ‘Izzuddin bin Abdus Salam ini dikuatkan
 oleh muridnya yaitu
Imam Al-Qarafi, kemudian diikuti oleh sebagian
 ulama-ulama Syafi’iyah antara lain
Imam Ibnu Hajar Asqalani, mereka itu ulama-
ulama madzhab Syafi’i,padahal
 Imam Syafi’i sendiri tidak membagi bid’ah
 menjadi lima, tetapi hanya
 menjadi dua yaitu bid’ah mahmudah(terpuji)
 dan bid’ah mazdmumah (tercela)

Berkata Imam Syafi’i t
Albid’atu bid’ataani Mahmudatun wa Madzmudatun
famaa wafaqas Sunnata fahuwa Mahmudun wama
 khaalafahaa Madzmumun.

Bid’ah itu ada dua macam yaitu yang terpuji dan tercela.
Maka yang sesuai dengan
 Sunnah Rasul adalah dia terpuji dan yang menyalahinya tercela.

1.Bid’ah Wajibah
a.Mengumpulkan catatan-catatan ayat al-Qur”an yang
dihimpun oleh para sahabat kemudian disatukan untuk
 menjaga agar Al-Qur”an tetap utuh terpelihara
 meskipun andaikata para sahabat yang hafal menginggal dunia .
semua ini terjadi pada masa Khalifah Abu Bakar.

b. Menyalin kembali ayat-ayat itu dan membukukannya.
Ini terjadi pada masa Khalifah Utsman bin Affan.

c. Khalifah Utsman bin Affan membatasi jumlah cara
membaca Qur”an dengan Qira’at Tujuh untuk keseragaman.
d.Mempelajari Ilmu Bahasa Arab untuk memahami Al-Qur”an
dan Hadist.
e.Menciptakan,mempelajari dan mengajarkan ilmu-ilmu
seperti Ushul Fiqih, Ilmu Hadist, Ilmu Tafsir dan lain-lain Ilmu
 Agama  yang berguna untuk menggali dan menetapkan hukum.

2. Bid’ah Mandubah
a. Shalat Tarawih berjama’ah
b. Mengadakan tanda-tanda khusus pada pakaian pejabat seperti
para hakim,imam dan khatib, kadhi dan lainnya.
c. Memberi tempat kedudukan tertentu kepada mereka dalam
upacara dan sidang perjamuan.
d.Membaca salawat atas Nabi ketika Khatib Jum’at menaiki
tangga mimbar setingkat demi setingkat.

3. Bid’ah Mubahah
a.Makan memakai sendok
b.Membasuh tangan sesudah makan
c. Mengadakan macam-macam makanan dan minuman serta pakaian,
menghiasi rumah dan gedung.

4. Bid’ah Muharramah
a.Lebih mengutamakan kepada orang-orang bodoh dari pada para
ulama atau cerdik pandai
b. Mengangkat orang-orang yang tidak berpengetahuan Agama untuk
menduduki jabatan yang mengurusi soal-soal keagamaan hanya
 karena jabatan
 itu turun temurun seperti putra kadhi harus jadi kadhi.
c.Mewajibkan ibadah yang tidak diwajibkan oleh Rasulullah seperti
mewajibkan puasa pada hari syak.

5.Bid’ah Makruhah
a. Menentukan adanya hari-hari utama untuk melakukan ibadah seperti
anggapan bahwa hari Jum’at itu hari yang amat utama untuk beribadah puasa.
b.Menghiasi Masjid dengan bermacam-macam hiasan.
c. Berjabatan tangan setelah selesai salam dengan orang yang shalat di kiri kanannya.
d.  Menghiasi Kitab Al- Qur”an
e. Menambah kesunnatan berbatas seperti membaca Tasbih seratus kali 
sesudah shalat padahal seharusnya hanya tiga puluh kali.

Demikianlah antara lain contoh kelima macam bid’ah menurut pendapat
 Imam Al- Qarafi dan pengikutnya. Bid’ah Hasanah terdiri dari
bid’ah wajibah.mandubah dan mubahah,sedang bid’ah qabihah
terdiri dari bid’ah muharramah dan makruhah.

Akhirnya dapat kita simpulkan bahwa bid’ah yang dapat dibagi lima
Hukumnya  hanyalah bid’ah dalam perkara adat dan keduniaan.
Tetapi bid’ah dalam
 perkara adat dan keduniaan sebenarnya bukan bid’ah.
Bid’ah hanya terdapat dalam perkata ibadat dan ‘itiqad serta amalan
 yang dimaksudkan
sebagai ibadah . Adapun yang bernama bid’ah dalam perkara
adat dan keduniaan
 sebenarnya bukanlah bid’ah.
Bid’ah hanya terdapat dalam perkara ibadat dan ‘itiqad
serta alaman yang
dimaksudkan sebagai ibadat dan hukumnyapu
 hanya satu yaitu sesat.

Wa iyyakum wa muhdatsatil umuri fa inna kulla bid’atin dhalalatun

Dan jauhilah olehmu perkara-perkara yang di ada
-adakan, karena setiap bid’ah itu sesat
 ( Hadist Shahih diriwayatkan Muslim).

Mam ‘amila ‘amalan laisa ‘alaihi amrunaa fahuwa raddun
Siapa yang mengerjakan  ‘amalan yang tidak didasakan
 perintah kami, maka ia tertolak
( Hadist Shahih diriwayatkan Muslim).

Wassalam,
Ranah Nata, 17  Ramadhan 1432 Hijriah

Syahri al-Hamly  al- Fahmy  ibn Toety Noor Zaini binti
Fathimayani bin Abdul Ghafur bin Sambilan Balik